Kamis, 22 Maret 2012

Charles Spearman : TheTwo-Factor Theory of Intelligence

Kelompok 5

Charles Edward Spearman (10 September 1863 – 17 September 1945) adalah seorang psikolog Inggris yang pernah berkarir sebagai pasukan angkatan darat Inggris selama 15 tahun. Beliau mengundurkan diri dari pasukan angkatan darat dan melanjutkan studinya dalam psikologi eksperimental di Leipzig. Setelah terhambat oleh panggilan bertugas kembali oleh pasukan angkatan darat untuk perang di Afrika Selatan, akhirnya ia mendapat gelar Ph.D pada tahun 1906 dengan menerbitkan penelitian mengenai analisis factor kecerdasan pada tahun 1904. 
The Two-Factors Theory yang dikembangkan oleh Charles Spearman mendasarkan teorinya pada analisis factor yang memengaruhi inteligensi. Menurut Spearman, inteligensi adalah kemampuan untuk berpikir dan menimbang.
Dasar teori ini berangkat dari analisis korelasional yang dilakukan terhadap seperangkat tes inteligensi yang mempunyai tujuan dan fungsi akhir berbeda. Hasil analisis menunjukkan adanya korelasi positif di antara berbagai tes tersebut. Menurut Spearman, korelasi positif tersebut didapat karena masing-masing tes tersebut memang mengukur suatu factor umum yang sama atau general factors = Faktor ‘g’. Sedangkan factor yang spesifik dan hanya dapat diungkap oleh tes tertentu disebut special factors = Faktor ‘s’.
·         Faktor ‘g’ dimiliki oleh semua individu, berupa kemampuan umum atau kemampuan yang mendasari perilaku individu dan biasanya bersifat herediter, seperti kemampuan untuk menyelesaikan masalah, dll
·         Faktor ‘s’ dimiliki individu sebagai keahlian khusus di bidang tertentu dan biasanya diperoleh melalui proses belajar, misalnya keahlian bermain alat musik yang dipelajari dan membutuhkan latihan
Definisi inteligensi menurut Spearman mengandung dua makna kualitatif, yaitu :
·         Education of Relation, yaitu kemampuan untuk menemukan suatu hubungan dasar yang berlaku di antara dua hal. Misal, menemukan hubungan dasar yang terdapat di dalam dua kata ‘panjang – pendek’
·         Education of Correlation, kemampuan untuk menerapkan hubungan dasar yang telah ditemukan dalam proses sebelumnya ke situasi baru. Proses ini merupakan proses penalaran yang menggunakan analogi
 
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2002. Pengantar Psikologi Inteligensi Edisi I Cetakan III. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Suardi, Dewa Ketut. 2003. Analisis Tes Psikologi. Jakarta : Rhineka Cipta

Sabtu, 10 Maret 2012

Psikologi Pendidikan dan Fenomena Pendidikan di Indonesia



Bagaimana pandangan dan penilaian kelompok Anda sehubungan dengan kewajiban setiap mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Psikologi Pendidikan 3 sks T.A 2011/2012 harus memiliki email dan blog ditinjau dari uraian Psikologi Pendidikan dan fenomena pendidikan di Indonesia, Medan khususnya?

Pandangan dan penilaian kelompok kami terhadap kewajiban setiap mahasiswa yang mengikuti mk.psikologi pendidikan 3 sks ta. 2010/2011 yang harus memiliki e-mail dan blog ditinjau dari uraian psikologi pendidikan dan fenomena pendidikan di Indonesia, terutama Medan, adalah:

Menurut kelompok kami, kewajiban mahasiswa untuk membuat email dan blog ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Pertama-tama kami akan membahas kelebihan dari kewajiban ini. Dengan diharuskannya mempunyai 1 akun email dan blog pada mata kuliah ini, maka mau tidak mau mahasiswa harus membuat 1 akun email dan blog tersebut, terlepas dari apakah mereka paham ataupun tidak paham bagaimana cara membuatnya. Nah dengan cara ini pula, mahasiswa dapat menjadi pribadi yang lebih open minded, atau yang wawasan nya akan dunia luar lebih luas, termasuk didalamnya dunia maya ataupun social media lainnya. Nah mahasiswa juga lebih mudah mengakses informasi & menjadi lebih tanggap terhadap teknologi yang dewasa ini telah menjadi sebuah kebutuhan. Mahasiswa yang diharapkan untuk lebih aktif dalam proses belajar dan mengajar dapat diaplikasikan didalam proses pembuatan email dan blog yang menjadi keharusan. Dan dengan adanya kewajiban ini, mahasiswa dipaksa untuk mengetahui dan bisa menggunakan internet sebagai media teknologi, informasi dan komunikasi.

Selain kelebihan, tentunya juga ada kelemahan yang kami simpulkan didalam proses pembuatan email dan blog ini. Nah kelemahan-kelemahan inilah yang sering menghambat terlaksananya tujuan dari mata kuliah ini. Adapun kelemahan-kelemahan yang dapat kami simpulkan adalah bagi mahasiswa yang belum memiliki kelengkapan peralatan teknologi komunikasi ini ( mis: laptop, modem, smartphone, tablet pc, dll) secara lengkap, maka akan menemui beberapa kendala dalam proses pembuatan email dan blog tersebut, dan tidak hanya dalam proses pembuatan, kendala-kendala justru muncul ketika akan mengakses email dan blog ini. Hal ini membuat mahasiswa ini tidak selalu bisa mengetahui informasi-informasi terbaru ataupun tugas-tugas yang baru diberikan.

Fenomena ini bila dikaitkan dengan pola pendidikan yang ada di Indonesia, khususnya Kota Medan, menurut kelompok kami, fenomena seperti ini sudah seharusnya diterapkan dalam proses belajar mengajar. namun karena fasilitas yang belum memadai, maka fenomena ini masih menghadapi banyak kendala di dalam prosesnya. Nah untuk itu, maka adalah sudah menjadi tugas kita semua para generasi muda yang harus menyempurnakannya agar kelak semua kalangan masyarakat dapat menikmati teknologi tanpa terkecuali.



DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John.W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Kencana Prenada Media Group : Jakarta

Kamis, 08 Maret 2012

Psikologi Pendidikan? Apakah Itu?

Psikologi itu adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Lalu mengapa ada Psikologi Pendidikan? Apa pula kah itu? Nah, karena belajar merupakan sebuah perilaku dan proses mental yang akan kita lalui dalam hidup kita, maka dibuatlah pembelajaran mengenai bagaimana proses pembelajaran ini berlangsung, serta apa-apa saja yang dapat menghambat atau menunjang proses dalam pembelajaran ini, seperti misalnya bagaimana ciri-ciri guru yang efektif, dll. Maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa Psikologi Pendidikan adalah cabang psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan.
Terus siapa pula yang mempunyai ide brilian untuk menciptakan psikologi pendidikan ini? Eits, tunggu dulu, ternyata para perintis psikologi pendidikan ini bukan sembarang perintis loh, mereka adalah perintis bidang psikologi yang sudah terkenal akan teori-teori mereka dan kehebatannya sudah mendunia loh teman-teman. Adapun para perintis psikologi pendidikan ini adalah:
1. William James. Beliau ini mengeluarkan sebuah buku ajar psikologinya yang pertama, yaitu Principles of Psychology (1890). Nah menurut James ini, para guru harus mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.
2. John Dewey. Nah ada 3 ide penting yang kita dapatkan dari Dewey ini. Pertama, anak itu adalah seorang pembelajar yang aktif (active learner). Jadi anak tidak bisa hanya disuruh diam di tempat duduknya, dia akan lebih mengerti apabila belajar dengan aktif. Kedua, pendidikan itu seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Jadi anak tidak hanya melulu belajar akademik saja, karena pembelajaran dari lingkungannya juga berpengaruh terhadap si anak. Dan ketiga, semua anak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
3. E. L. Thorndike. Thorndike ini berpendapat bahwa salah satu tugas para pendidik yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak.

Lalu, pertanyaan selanjutnya, bagaimanakah ciri-ciri guru yang efektif dalam mengajar? Karena mengajar adalah hal yang kompleks dan murid-murid pun bervariasi, sehingga tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif bagi semua hal (Diaz, 1997). Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya dengan fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama, yaitu: 1. Pengetahuan dan keahlian profesional, dan 2. Komitmen dan motivasi


1. Pengetahuan dan keahlian profesional
Guru yang efektif itu menguasai materi pelajaran dan mempunyai keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif juga memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari beragam latar belakang yang berbeda. Mereka juga memahami cara menggunakan teknologi yang tepat guna di dalam kelas.
2. Komitmen dan motivasi
Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi. Hal ini mencakup sikap yang baik dan perhatian terhadap murid. Komitmen dan motivasi ini juga dapat membantu guru yang efektif untuk melewati masa-masa yang sulit dan melelahkan dalam mengajar. Guru yang efektif juga punya kepercayaan diri terhadap kemampuan dirinya dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka.

Jadi, bagaimana? Sudahkah anda menjadi guru yang efektif? Karena semakin baik anda menjadi guru, maka semakin berharga pula pekerjaan anda. Dan jika anda semakin dihormati dan sukses di mata murid, maka anda akan merasa semakin bertambah pula komitmen anda.

Ayo semangat meningkatkan diri kita ke arah yang lebih baik lagi. SEMANGAAAT! \(^o^)/




Masih belum semangat? Lihat juga semangat yang satu ini...




DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John.W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Kencana Prenada Media Group : Jakarta

Jumat, 02 Maret 2012

Pertamax Gan #tsaaah


KOWAWA \(^o^)/



"There is only you and your camera. The limitations in your photography are in yourself, for what we see is what we are."
— Ernst Haas
Nah, itu kalo katanya mas Ernst Haas, kalo kata saya nih:
"There is only you and your blog. The limitations in your mind are in yourself, for what we think is what we are."
  Ratri P. Surbakti
Gimana? Gimana? Gimana? :)))
Oia, perkenalkan dulu, saya Ratri P. Surbakti, mahasiswi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, baru mulai ngeblog nih, mohon dukungannya yaa teman-teman.
Summon... 
Sekian dan Terima kasih. Have a nice day bloggers. KOWAWA \(^o^)/